About me

Man against the world
Setiap hal akan datang pada waktunya, jika kita telah berusaha dan bekerja keras dan penuh komitmen, ingatlah jalan yang terbentang di hadapan kita adalah jalan yang harus kita lalui dalam hukum dan aturan ruang waktu. Akan sampai saatnya kita tiba disana, bahkan di puncak sana.

Saya teringat ketika seorang teman pamit dan akan segera melaksanakan tugas baru yang lebih baik dari sebelumnya. Dia berkata: Bukan kita tidak akan sukses, tapi kita terkadang tidak bersabar, karena akan tiba waktunya. Kata katanya saya ingat dan hal itu membuat saya tidak mudah berputus asa. "Setiap perjalanan membutuhkan waktu, teruslah berjalan, akan tiba waktunya, dan kamu akan sampai kepuncak sana".

Cepat atau lambat, tapi tidak boleh hanya diam dan jangan hanya berjalan ditempat. Cepat atau lambat, tapi tidak boleh ragu dan selalu berpaling arah. Dan alunan lagu lawas terdengar begitu memprovokasiku:

"Time like the wind, goes a hurrying by, and the hours just fly
Where I begin, that mountain I'd climb"

Itu sebabnya dalam beberapa tahun ini saya menjadi sangat dingin, tidak perduli dengan sekeliling saya, tidak perduli orang mau ngomong apa, memperhatikan dan mendengarkan mereka tidak akan merobah apa apa dalam hidup saya, mereka bertengkar hingga ke politik dan tidak sadar ikut memperalat agama dan keyakinan dan merasa benar bahwa mereka telah benar, saya seperti berdiri disebuah bangunan dan melihat mereka dari sana bersitegang urat leher, menuliskannya di medsos. Hanya membuang energi dan waktu.

Terserah itu yang  saya lihat, dan dengan mudah mereka menudingkan telunjuk mereka seolah saya tersesat, mereka sama sekali tidak mengerti apa apa, dan tidak tahu apa apa tentang saya. Tapi jujur saya menyukai mereka, karena tanpa mereka sepilah dunia ini. Mereka begitu menghibur, begitu energik, emosi dan amarah mereka yang hiruk pikuk membuat saya tidak merasa sendirian hidup di dunia ini.

Saya aneh? Tidak, saya biasa saja hanya dalam beberapa tahun sudah banyak kehilangan emosi: Tidak mudah sedih dan tidak mudah lagi disakiti, menjadi lebih banyak mengamati, belajar dan menikmati segala hal diam diam. Kini saya melihat semua makhluk hidup terhubung dengan alam, pohon pohon dan rumput rumput itu hidup, mereka minta diperhatikan lalu datang sapi dan kambing memakan pucuk pucuk mereka. Bunga bunga minta perhatian, mereka menjadi mekar dan genit dan lebah dan kumbang datang karena tergoda, ada yang menyuguhkan wangi dan madu, ada yang hanya manipulatif karena keindahan warna warninya belaka.

Dan saya melihat anak anak ayam bercengkrama, belajar untuk menjadi dewasa, anak anjing yang gemuk dan anak kucing yang lucu menjilati kaki depannya, lalu merasakan angin berhembus dibelakang telingaku. Saya kurang memperhatikan ini dulu, ketika air mengalir dalam hitungan waktu, bersama ritmenya yang matimatis saya melewatinya begitu saja. Dan tentu saja jika malam hari saya duduk di kafe saya akan memperhatikan manusia, mereka berpasangan, saya membaca ekspresi wajah wajah mereka dan menebak apa yang sesungguhnya akan terjadi ketika nanti mereka pulang ke rumah.

Selebihnya saya akan belajar: Koding, pengatahuan masa depan. Membaca buku agama agama besar dunia, sains dan fisika umum. Saya suka Muhammad, Mahatma Gandhi, Einstein dan Euclades, saya suka Tycho Brahe dan Johannes Kepler, Yesus (Isa Almasih), Kong Hu Cu. Terserah jika ada yang menganggap tabu, saya hanya ingin mebuka cakrawala saya seluas luasnya. Pengatahuan adalah senjata paling hebat, hiasan paling indah dan jalan paling luas menuju cita cita. Jika saya tidak melakukannya sekarang maka tidak akan pernah lagi ada kesempatan. Jika saya mendengarkan ceramah orang, maka hidup saya akan mirip dengan isi ceramahnya.

Saya adalah diri saya sendiri, dan sedang berjalan menuju sesuatu yang hanya Tuhan dan diri saya sendiri yang tahu. Saya telah melewati masa masa sulit dimasa lalu dan saya tidak akan pernah dapat disakiti lagi oleh dunia ini.


Comments

Popular posts from this blog

Taman bunga mawar untuk Magdalena

Aku pernah hidup hanya separoh hati (bagian ketiga)

Aku pernah hidup hanya separoh hati (bagian kedua)